Manusia Setengah Salmon
Manusia Setengah Salmon adalah
film drama Indonesia tahun 2013. Film ini dirilis pada tanggal 5
September 2013 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Eriska Reinisa, Soleh
Solihun, Kimberly Ryder, Dewi Irawan dan Bucek Depp. Film ini diangkat
dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama.
Sutradara : Herdanius Larobu
Produksi : Starvision, 2013
Komedi akan dengan mudah menciptakan segmentasi, itu memang benar. Dimanapun, resepsi dari komedi yang mengedepankan seorang komedian sebagai titik tumpu kekuatannya, akan berhadapan dengan soal-soal like atau dislike. Tapi apapun itu, Radiyta Dika jelas sudah jadi sebuah fenomena dalam trend comedy writings dalam novel maupun di panggung-panggung stand up comedian sekarang ini. Dalam perhitungan bisnis pun anak ini cukup luarbiasa. Menggagas tiga film layar lebar sekaligus di tahun ini dengan pemasaran jitu lewat webseries dan kekuatan social media, sama seperti ‘Cinta Brontosaurus’ dan ‘Cinta Dalam Kardus’, bioskop-bioskop yang memutar filmnya langsung dipenuhi penonton. Itu jarang-jarang terjadi di film kita.
Sebagai sekuel dari ‘Cinta Brontosaurus’, sutradaranya berpindah dari Fajar Nugros ke Herdanius Larobu, sineas yang biasanya berkutat di proyek-proyek behind the scenes. Mungkin Nugros tengah sibuk menggarap film terbarunya ‘Adriana’, namun nama istrinya, Susanti Dewi, tetap ada di kursi produser pelaksana Dengan skrip yang tetap ditulis Raditya Dika berdasarkan novel berjudul sama, trailer-nya sudah menunjukkan bahwa ‘Manusia Setengah Salmon’ tak akan jauh-jauh lari dari pendahulunya.
Setelah
putus dengan Jessica (Eriska Rein), kehilangan Kosasih (Soleh Solihun)
yang kini berkarir sebagai anggota boyband dan harus berinteraksi dengan
supir baru, Sugiman (Insan Nur Akbar) yang bau ketek, Dika (Raditya
Dika) masih mandeg di ide-idenya sebagai penulis. Kegalauannya semakin
bertambah kala ibu dan ayahnya (Dewi Irawan & Bucek)
memutuskan untuk pindah rumah. Ayahnya pun meminta waktu lebih dari
Dika untuk bisa bermain-main bersamanya. Walau tak setuju karena sulit
melepas kenangannya, Dika akhirnya mulai menyadari setelah bertemu
dengan Patricia (Kimberly Ryder), bahwa kadang, sebuah
perpindahan selalu jadi bagian dari kehidupan manusia. Seperti salmon
dengan koloni yang selalu berpindah dalam siklus hidup mereka.
Dibandingkan
‘Cinta Brontosaurus’ yang menggelar metafora cinta bisa kadaluwarsa
untuk membangun plot-nya, kegemaran Dika menggunakan simbol-simbol dan subtext dalam komedinya, mostly animals’ various nature, terasa jauh lebih universal dalam ‘Manusia Setengah Salmon’.
Tetap dengan elemen-elemen sebuah perjalanan untuk memahami cinta,
namun dalam konten yang lebih familiar, yang juga dengan sendirinya bisa
berbicara lebih luas tentang hubungan-hubungan keluarga. Disini, ‘Manusia Setengah Salmon’
menjadi jauh lebih lancar membangun konflik-konflik yang tentunya tetap
dibarengi dengan komedi ala Dika. Scene-scene Dika bersama ibunya yang
diperankan Dewi Irawan untuk mencari rumah baru pun ikut jadi konten
yang kuat dalam membangun sisi komedinya jadi jauh lebih lucu bersama
Bucek yang walaupun sering terpeleset menerjemahkan dialek ‘Medan’
diantara nafas Melayu dan Batak tetap bisa jadi highlight yang lumayan.
‘Manusia Setengah Salmon’ boleh saja kehilangan karakter Kosasih yang di ‘Cinta Brontosarus’ berhasil menjadi scene-stealer di tangan Soleh Solihun, atau Ronny P. Tjandra sebagai produser. Tapi kemunculan Insan Nur Akbar sebagai Sugiman dan editor-nya
yang diperankan MoSidik dalam porsi komedik yang lebih juga terasa
fresh menjadi gantinya. Kelebihan lainnya jelas terletak pada chemistry
Dika dan Kimberly Ryder yang jauh lebih natural ketimbang Eriska Rein di
film pendahulunya. Bermain lepas sebagai Patricia, Kimberly Ryder
terasa sangat bekerja dalam bangunan chemistry itu, membuatnya
jauh lebih cantik dan bernyawa. Sementara di sisi teknis, sinematografi
Yadi Sugandi, tata artistik dari J.B. Adhi Nugroho dan scoring
Andhika Triyadi tetap bekerja dengan baik dalam sentuhan-sentuhan
sinematisnya, memberikan kontinuitas yang baik terhadap pengarahan
Herdanius.
Dengan konten serta elemen-elemen yang sudah cukup kuat itu, dalam banyak hal, ‘Manusia Setengah Salmon’
memang sudah menjadi sebuah sekuel komedi yang berhasil melewati
predesesor-nya. Ia memang bukan ‘Cinta Dalam Kardus’ yang digagas dengan
treatment penuh simbol secara berbeda, namun dalam konteks komedi Dika sebagai sebuah tontonan pop, this is a slightly better comedy sequel. Tentu lagi-lagi dengan catatan, bila Anda bisa merasa comfort dengan style comedy Raditya Dika.